Notification

×

Mari Berpikir Dingin dan Tenang

Senin, 23 Oktober 2023 | 19.45.00 WIB

Oleh : Nanik S Deyang

Tidak bisa kita melihat politik itu sepotong atau dua potong. Juga tida bisa melihat dari dunia medsos, karena tidak semua info terumbar penuh di medsos.

Setelah melihat perjalanan politik dua periode ini, maka tahun 2024 ini bukan lagi pertarungan berebut kekuasaan atau urusan menang kalah, tetapi bagaimana  mengembalikan marwah bangsa agar negara ini adil, makmur dan berdaulat di tangan rakyat.

Tidak mungkin seorang SBY yang menjadi presiden dua kali dan juga memiliki sang putra mahkota, dan kekuatan partai yang tidak kecil  mau "mengalah" begitu saja , bila semua bukan untuk  tujuan besar.

Demikian juga tidak mungkin seorang Airlangga Hartarto, Aburizal  Bakrie, Akbar Tanjung dan para sesepuh dan dedengkot  Golkar serta seluruh  pengurus DPD demikian kompak dan aklamasi  mendukung Gibran sebagai Cawapres Prabowo 2024, padahal Gibran bukan kader partai, bila negara ini dalam keadaan  "baik -baik saja".

Demikian juga tidak mungkin seorang Zulkifli Hasan Ketum PAN, akhirnya  harus menyerah  begitu  saja saat  jagoan  yang ditawarkan , yaitu Erick Tohir, harus tereliminasi. Apalagi Erick sudah demikian siap dengan logistik dan tim, apabila dia menjadi Cawapres siapapun di tahun 2024.

Demikian juga tidak mungkin , seorang Prabowo Subianto yg juga  ahli strategi di dunia ketentaraan, pemilik partai besar, seorang menteri pertahanan yang sudah babak belur di dunia politik, mengambil atau menerima begitu saja Gibran, tanpa pertimbangan -pertimbangan yang matang dengan segala kalkulasinya.

Tidak mungkin juga seorang Yusril Ihsa Mahendra yang di tahun 2019 negur pun tidak sama Pak  Prabowo, sekarang bergabung dengan Pak Prabowo dan menerima Gibran sebagai Cawapres 2024, bahkan sekjen PBB -lah yang meminang Gibran  sebagai Cawapres di Solo.

Jangan dikira juga Pak Jokowi dan keluarganya  tidak berat melepas Gibran menjadi Cawapres Prabowo 2024, karena hari -hari terakhir pun kabarnya  Pak Jokowi gamang, dan melarang Gibran utk maju menjadi Cawapres. Pak Jokowi tahu betapa rakyat yang tidak mengerti akan menghujatnya bila ia izinkan Gibran, namun lagi -lagi setelah dia diingatkan orang2 dekatnya bahwa betapa beratnya ia membangun Indonesia dengan status sebagai "petugas partai" selama 10 tahun ini , maka Pak Jokowi pun akhirnya mengizinkan Gibran mendampingi Pak Prabowo.

Saat semua orang yang tadinya lawan kemudian menjadi kawan dan bisa MENGALAHKAN ego  masing -masing, pasti ada yg DITUJU. Apa itu? Mengembalikan  negara, dan bangsa Indonesia kepada RAKYAT INDONESIA! Bukan di tangan sekelompok orang yang merasa bahwa negara Indonesia merdeka karena keluarganya.

Seorang presiden harus bisa mengambil keputusan penuh siapapun dan apapun partai yg mengusungnya. Seorang presiden harus mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia, bukan pada  sekelompok orang atau partai yg mengusungnya. Seorang presiden harus memiliki otoritas penuh atas semua keputusannya. Seorang presiden harus berhak penuh menunjuk siapapun dan di tempatkan dimanapun.

10 tahun ini kita  seperti melihat  hilangnya  otoritas  seorang presiden, tak pelak di belakang presiden banyak pihak -pihak  yg menggunakan lembaga -lembaga penegak  hukum untuk menghantam lawan. Dan meski seorang Jokowi bukanlah yg menyalakan api, namun pada akhirnya  seorang Jokowilah yang harus menanggung pil pahit dengan berbagai tuduhan dari rakyatnya.

Saat negara dan  bangsa ini  sudah menuju kearah milik pribadi, maka tidak mungkin seorang Prabowo sendiri yang bisa melawan! Prabowo harus menyatukan semua kekuatan yg semua  sadar bahwa keadaan  negara  kita saat ini "tidak baik -baik saja"!

Lalu mengapa harus Gibran? Cobalah jujur, apakah Gibran anak presiden yg kotor? Apakah dia korupsi? Untuk ukuran  anak presiden yang menjabat selama dua periode  dengan kekayaan yg dimiliki saat ini  apakah Anda tidak menyadari  dia terlalu  "miskin" sebenarnya? 
 
Gibran juga memiliki emosional yg bagus dan  tidak mudah terpancing. Dia juga bukan anak yg manja. Saat bapaknya sudah menjadi  walikota, dia masih mau  mengoseng-oseng  sayur -sayur produksi dari catering miliknya  Chili Pari di Solo. Gibran juga bukan anak muda pentang -petenteng dng kehidupan borju meski bapaknya presiden.Dia juga memiliki pendidikan yang bagus . Dua tahun menjadi walikota, dia sangat komunikatif dengan rakyatnya.

Kan ada anak muda yg lebih hebat dari Gibran? Betul, tapi yang hebat tadi bukan anak presiden yang bisa menegakkan agar pemilu  presiden dan pemilu  legislatif ini berjalan fair, agar  tidak terjadi pembegalan2 suara di jalan, agar tidak ada perubahan2 angka di KPU, dll.

Taukah Anda  saat ini di beberapa wilayah di Jateng saja misalnya, kepala desa /lurah yang terafiliasi dengan partai tertentu sdh bersikap arogan dan terang-terangan bahwa dia adalah pendukung partai itu, melarang Caleg partai lain masuk ke wilayahnya, menekan rakyat harus memilih Capres partai yg didukung. Anda bisa bayangkan sekelas  kepala desa saja yg merasa dari partai itu  sudah bersikap tdk fair dalam pesta demokrasi ini.

Tak hanya kepala desa/lurah dari partai itu yg mulai semena-mena , kepala2  daerah ( Bupati/Walikota)  dari partai itu pun sdh seperti pemilik wilayah, misalnya agresip melakukan sosialisasi membentuk tim2 sukses, kampanye ke rakyat meski musim kampanye belum datang, mengamankan gambar capres dan gambar partainya, sementara milik partai lain atau gambar Capres lain bisa tiba2 hilang atau disobek -sobek.

Siapa yg bisa melawan kedigdayaan itu? KEBERSAMAAN! Dan Gibran adalah bagian Pak Jokowi yang mewakili kebersaman itu. Semoga rekonsiliasi untuk mengembalilan marwah bangsa ini ke tangan rakyat, bisa dipahami seluruh rakyat Indonesia. 

Kedepan tdk ada lagi Kadrun dan Kampret, tidak ada agama Islam yg terolok -olok, juga agama lain, tidak ada adu domba , tidak ada lagi nyawa -nyawa bergelimpangan di jalan untuk sebuah kekuasaan, tidak ada lembaga hukum utk memenjarakan lawan tapi melindungi kawan, tidak ada lagi orang yg bicara "saya maunya ini, saya maunya itu" dll.

Gibran adalah jembatan, dan sekaligus jalan tengah rekonsiliasi untuk menyusun kekuatan membangun bangsa dan negara yg  saat ini diambang  perpecahan dan kehancuran.

Bismillah Prabowo presiden 2024, Indonesia Jaya, rakyat makmur dan bisa tersenyum karena sejahtera, keadilan hukum juga akan tertegakkan.