Notification

×

Pesona Kuala Lumpur Tak Kunjung Luntur

Jumat, 31 Juli 2020 | 23.53.00 WIB

INI BACA ■ Pemindahan pusat pemerintahan dari Kuala Lumpur ke Putrajaya tak berdampak banyak. Ibu kota Malaysia tersebut tetap jadi jujukan wisatawan. Ragam pilihan pelancongan pun terus berkembang.

”Baimana kopinya?” ujar Alvin Lee dalam bahasa Inggris yang fasih. Lee menanyakan hal tersebut kepada rombongan turis yang dia bawa. Pria 39 tahun berdarah Tionghoa tersebut bekerja sebagai pemandu di MikeBikes. Itu adalah pilihan wisata baru di Malaysia. Yaitu, berkeliling dengan menggunakan sepeda angin.

Dibutuhkan stamina kuat untuk ikut tur MikeBikes. Sebab, jalan yang dilalui naik turun bukit. Terasa menyiksa bagi yang jarang berolahraga tentu saja. Gobyos keringat, tapi juga bisa melihat pemandangan yang memikat.

MikeBikes baru berdiri pada 2018. Mereka menawarkan opsi wisata yang berbeda. Yaitu, melihat Kuala Lumpur yang sebenarnya. Bukan ingar bingar modernitas di tengah kota. Tapi, lebih pada menyelami kehidupan warga lokal. Karena itu, Mike Bikes disenangi turis-turis asing dari Eropa, Australia, dan AS. Pelanggan dari Asia ada, tapi tak terlalu banyak. Mungkin karena kultur budaya yang hampir sama membuat orang Asia tak lagi penasaran dengan kehidupan penduduk asli di Malaysia.

Rute yang pasti dilalui adalah Kampong Bahru. Sebab, itu satu-satunya area di Kuala Lumpur yang masih asli, lengkap dengan deretan rumah panggungnya. Lee dan beberapa pemandu lainnya bahkan sampai sudah dihafal penduduk sekitar. Rute yang pasti dilalui lainnya adalah pasar basah terbesar di Kuala Lumpur, Chow Kit. Di pasar itu, mayoritas yang berjualan adalah orang Indonesia. Lee biasanya menjelaskan tentang buah lokal dan membeli beberapa untuk dicoba.

Di gang sempit pasar itulah Lee mengajak para turis yang dibawanya untuk sejenak menikmati kopi dan jajanan lokal. ”Tiap pemandu punya tempat favorit sendiri di luar rute untuk mengajak para turis bersantai,” ujarnya. Meski terletak di gang sempit, kopi yang disajikan sungguh kental dan nikmat. Aroma kopi, tempat yang santai, dan kekeluargaan membuat serasa di rumah. Nyaman.

Jenis wisata dengan berkeliling dan mencecap budaya lokal itu mulai jamak beberapa tahun belakangan ini. Ada beberapa agensi lain yang menawarkan khusus wisata kuliner lokal.

Kuala Lumpur seakan tak kekurangan cara untuk menarik orang ke sana. Itu membuat kota tersebut tetap padat merayap meski pusat pemerintahan dan berbagai kementerian sudah dipindah. ”Kita dengan Putrajaya tidak jauh (jaraknya, Red), tidak terlalu berefek,” ujar Wakil Direktur Pariwisata Wilayah Central Malaysia Khairul Hilmi Abd. Manap.

Putrajaya memiliki gedung konferensi yang cukup besar. Namun, tetap saja berbagai acara kerap digelar di Kuala Lumpur. Okupansi hotel juga tak pernah sepi. Kuala Lumpur tetap menjadi jujukan bagi para wisatawan karena ia mampu menghadirkan eksotisme masa lalu lewat gedung-gedung tuanya sekaligus optimisme masa depan lewat mal dan wahana-wahana modern lainnya.

Apakah tidak ada turis di Putrajaya? Ada, tapi tak banyak. Bahagian Komunikasi Korporat Perbadanan Putrajaya Mohd Fairus bin Mohd Padzil menegaskan bahwa Putrajaya memang didesain untuk pemerintahan. Maka itu, sektor wisata bukan hal utama. Meski gedung-gedungnya bagus, penikmatnya jarang.

Putrajaya biasanya hanya mendapatkan limpahan turis dari Kuala Lumpur. Biasanya orang-orang dari bandara pergi ke Masjid Putra lebih dulu sebelum menuju Kuala Lumpur. Atau sebaliknya, dalam perjalanan pulang dari Kuala Lumpur, mereka singgah dulu ke Putrajaya, baru ke bandara. Rata-rata bukan turis yang datang dan menginap. ”Dapat limpahan turis itu saja sudah cukup bagi kami, tidak masalah,” terang Fairus. (JP)